Rabu, 23 Juli 2008

Internet Banking, Salah Satu Gaya Hidup Modern

Di kota-kota besar, dapat dipastikan kebanyakan orang yang ditemui Anda telah mempunyai rekening di bank. Rekening yang bisa berupa tabungan, rekening koran, giro, ataupun deposito memang punya resiko lebih kecil daripada resiko jika uang Anda disimpan di rumah. Jadi bank sudah menjadi kebutuhan kebanyakan orang.

Tapi melakukan transaksi di kantor bank langganan Anda terkadang memakan waktu cukup lama terutama Anda harus antri menunggu giliran Anda. Tidak jarang Anda kesal dan tidak sabar menunggu dilayani sehingga memanfaatkan cara lain seperti menggunakan ATM (anjungan tunai mandiri) bank Anda yang tersebar di beberapa tempat. Namun Anda pun bisa bertambah kesal karena di depan ATM ternyata terdapat barisan orang yang mengantri pula.

Nah, muncullah ide untuk memanfaatkan internet sebagai salah satu jalur transaksi perbankan yang lebih mudah diakses dimanapun seperti di rumah atau kantor dan juga kapanpun selama 24 jam satu minggu penuh. Internet banking yang juga dikenal dengan istilah online banking ini menurut situs wikipedia adalah melakukan transaksi, pembayaran, dan transaksi lainnya melalui internet dengan website milik bank yang dilengkapi sistem keamanan.

Bagi sebagian orang, internet banking sangat membantu karena bisa melakukan transaksi perbankan di luar jam kerja bank yang sering pendek. Hanya membutuhkan koneksi internet dan web browser seperti Internet Explorer. Sama sekali tidak memerlukan perangkat lunak atau perangkat keras secara khusus. Jumlah konsumen perbankan yang memilih internet banking sebagai metode paling disukai untuk menangani keuangannya dewasa ini berkembang dengan sangat cepat. Hal ini disebabkan mereka menyukai berbagai kemudahan dan fitur yang tersedia dalam internet banking.

Bagaimana tidak, internet banking biasanya menyediakan fitur pembayaran berbagai rekening baik listrik, telepon, kartu kredit dan sebagainya secara online. Selain itu, setiap saat para konsumen bisa memeriksa dan mengunduh daftar transaksi keuangan mereka atau jumlah simpanan secara online. Di Indonesia, internet banking telah diperkenalkan pada konsumen perbankan sejak beberapa tahun lalu. Beberapa bank besar baik BUMN atau swasta Indonesia yang menyediakan layanan tersebut antara lain BCA, Bank Mandiri, Lippo Bank, Permata Bank dan sebagainya.

Mungkin ada orang yang ragu menggunakan internet banking lantaran cemas pada sistem keamanan internet yang sering dibobol oleh hacker atau cracker. Terutama sistem keamanan dengan otorisasi password yang sudah cukup aman bagi kebanyakan situs belanja online ternyata belum dianggap aman bagi internet banking di beberapa negara. Beberapa bank melengkapi sistem keamanan internet banking dengan sistem tambahan seperti enkripsi dan penggunaan password ganda yang salah satunya selalu berubah-rubah setiap melakukan transaksi perbankan online.

Sistem password ganda itulah yang diadopsi beberapa bank di Indonesia untuk melindungi konsumen internet banking-nya seperti sistem KeyBCA yang digunakan BCA. Pelanggan bank tersebut setiap ingin melakukan transaksi perbankan lewat internet banking tidak hanya harus menggunakan PIN (personal indetification number) sebagai password, namun juga harus menggunakan KeyBCA, semacam kalkulator elektronik untuk mengeluarkan password yang selalu berbeda untuk mengotorisasi transaksi tersebut.

Ada beberapa strategi lainnya untuk melindungi internet banking seperti menggunakan pembaca kartu chip bank konsumen yang bisa mengeluarkan password yang hanya bisa dikenali kartu tersebut. Cara lain yaitu sertifikat digital yang dapat mengotorisasi transaksi perbankan online dengan menghubungkannya pada peralatan fisik milik konsumen seperti komputer atau ponsel. Memang sistem keamanan internet banking tidak pernah 100% aman, namun penelitian menunjukkan perbankan konvensional justru lebih rentan pada penipuan keuangan daripada internet banking.

Internet banking dapat menjadi pilihan yang menyenangkan bagi Anda lantaran mudah dan kapanpun bisa dilakukan asalkan Anda selalu berhati-hati dan tidak sembarangan memberikan data-data perbankan pribadi seperti PIN Anda pada orang lain walaupun termasuk keluarga sendiri. Selamat ber-internet banking-ria.(FS)

Sistem Operasi Flashdisk dengan Portabel Apps

Posted July 11, 2008
Filed under: Aplikasi |
* Comments(0)

Kadang kita merasa kesulitan dalam menjalankan aplikasi yang tidak sesuai dengan kehendak kita. Hal mungkin dikarenakan system yang ada dalam aplikasi yang tersedia tidak sejalan yang kita inginkan, mungkin komputernya orang lain atau diwarnet. Akan tetapi ini adalah solusi dari permasalahan anda.

Portable Apps

Adalah sebuah aplikasi yang disediakan dengan sangat instan dan muda dibawa, baik dalam CD, Flashdisk, MP3, atau media penyimpanan yang lain. untuk mengunakan aplikasi ini sangat mudah, baik dalam instalasi ataupun dalam pengunaan. Untuk mendapatkan apilikasi ini anda bisa mendapatkannya ada site legalnya di http://www.portableapps.com, selain itu aplikasi yang disediakan bermacam-macam.

Beberapa Aplikasi yang disediakan saat penulis membuat adalah :

Tantangan Teknologi Informasi Dalam Perang Modern

KETIKA PESAWAT F-16 Fighting Falcon TNI AU sempat dikacaukan (jamming) radarnya, atau lazim ECM (electronics counter measures) F-18 Hornet dari US Navy ketika terbang atas utara Pulau Bawean dalam insiden 3 Juli 2003 lalu, hal ini sudah dapat disebut digunakannya peperangan dan informasi. Di mana kemampuan untuk mengganggu serta mengacaukan elektronika lawan dilakukan oleh program komputer di pesawat tersebut yang dirancang dengan sistem algoritma kriptografi tingkat tinggi.

Ada beberapa macam teknologi tinggi algoritma yang tersedia dan saling bersaing saat ini, salah satu di antaranya bernama Rambutan yang diilhami oleh karakteristik buah rambutan. Pada mulanya algoritma Rambutan dibuat khusus untuk kepentingan militer dalam rangka mengamankan sekaligus melindungi jalur sistem komunikasi antarkawan.

Sistem ini merupakan hasil riset yang dirancang dan dibangun bersama-sama perguruan tinggi dan institusi militer. Kerja sama tersebut bersifat simbiosis mutualistis, dan ini sudah lazim dilaksanakan di negara-negara maju. Beberapa kemampuan andal yang dimiliki algoritma Rambutan antara lain sistem pendeteksian kawan atau lawan dan kemampuan taktis andal lainnya.

Mungkin timbul pertanyaan, mengapa sistem pengamanan ini dinamakan Rambutan. Apa kelebihan jenis buah berambut (hairy fruit) ini sehingga dijadikan sebagai model kriptografi algoritma. Dari hasil riset dan analisis, didapat jawaban bahwa karakteristik buah Rambutan dengan berumbai-rumbai rambutnya itulah yang menjadi inspirator bagi para security designers atau cryptographers menamakan hasil penemuannya tersebut.

Tujuan utama algoritma Rambutan adalah untuk merahasiakan atau mengaburkan maksud yang sebenarnya. Seperti pada buah rambutan yang tidak bisa langsung dimakan karena ada beberapa hal yang harus dilakukan. Pertama, kita harus membuka terlebih dahulu kulit pelindungnya dengan untaian rambut-rambut sebelum kita dapat menikmati rasa dagingnya yang manis. Sehingga bagi yang tidak mengerti buah rambutan serta cara membukanya, atau hanya melihat dari tampak luarnya akan menjadi tidak tertarik dengan buah tersebut.

Filosofi inilah yang kemudian diterapkan ke dalam perhitungan matematika dan direpresentasikan dalam pembuatan rangkaian program algoritma yang rumit serta penuh "jebakan" sehingga dapat menyulitkan pihak yang berusaha untuk menguraikan untuk mencari kelemahan dari algoritma tersebut. Namun, mengapa namanya harus Rambutan, bukannya Pir, Kiwi Fruit, atau lainnya? Itu semua kembali kepada alasan dan maksud dari para perancangnya sendiri.

Sebagai contoh, selain Rambutan ada juga sistem security dengan nama Onion Peelers (Pengupas Bawang). Dalam sistem ini, sebelum dapat menemukan isi sesungguhnya dari bawang tersebut, maka selayaknya harus dikupas dahulu lapisan demi lapisan kulit bawang yang melindunginya. Maksudnya adalah, rangkaian algoritmanya atau perhitungan matematika dibuat secara rangkap dan terintegrasi satu dengan lainnya. Begitu juga dengan bahasa pemrograman Java, yang dibuat oleh para insinyur dari Sun Micro Systems yang diilhami ketika mereka sedang menikmati "Java coffee".

Memang agak lucu dan unik membayangkan beberapa hal sederhana tersebut bisa terkait dengan pembuatan suatu sistem komunikasi dan pengamanan atau bahasa program tingkat tinggi pada Electronics and Information Warfare. Namun, begitulah yang terjadi, perpaduan ilmu dan seni sering kali tercatat dalam sejarah menghasilkan banyak mahakarya yang luar biasa.

Sampai saat ini seluruh informasi teknis mengenai Rambutan tidak pernah dipublikasikan, baik lewat Internet atau media lainnya. Hal ini dapat dipahami karena sekali saja sistem algoritma dapat diketahui kelemahannya, maka hilang sistem keamanan yang dirancang dan dibangun dengan waktu riset bertahun-tahun dan biaya yang sangat besar.

Selain itu, "kebocoran informasi" juga dapat membahayakan jalur komunikasi bagi yang menggunakannya karena saluran komunikasi tersebut nanti dapat dengan mudah disadap atau dikacaukan. Hal ini membuktikan bahwa dalam perang modern, peranan Electronic and Information Warfare mempunyai andil yang signifikan untuk memenangkan suatu peperangan.

Sehingga saat ini banyak perusahaan-perusahaan besar di AS seperti General Dynamics, Raytheon, dan lainnya, serta pusat penelitian di berbagai universitas terus berlomba untuk mendapatkan kontrak pembangunan sistem keamanan atau juga sistem keamanan informasi Departemen Pertahanan AS Pentagon. Pengerjaan kontrak ini biasanya melibatkan para ahli komunikasi dan teknologi informasi, seperti para cryptographers dan security designers, atau bahkan para hacker bayaran.

Karena diyakini bahwa apa yang kita anggap sudah aman pada saat sekarang pasti akan menjadi tidak aman pada masa mendatang. Selalu ada penemuan serta teknologi terbaru baik dari para security engineers atau experienced hackers/crackers untuk melemahkan atau melumpuhkan sistem pengamanan yang dianggap paling aman saat ini. Hanya masalah waktu saja yang akan membuktikan.

Sesungguhnya batas antara para security engineers dengan hackers/crackers hanyalah untuk tujuan apa pekerjaannya tersebut. Demi negara, organisasi, atau perusahaannya. Karena dalam era Information Warfare, seorang security engineers bisa berubah menjadi hackers/crackers atau sebaliknya. Diperlukan penanganan yang serius dan manusiawi dalam hal ini.

Meskipun tidak terlihat, terdengar, atau terpublikasikan, sebenarnya saat ini sedang terjadi "pertempuran" di dunia dalam rangka mendapatkan "pengakuan" bahwa sistem keamanannyalah yang paling andal dan secure.

Banyak para ahli matematika atau cryptographers di berbagai universitas terkemuka selain melakukan riset untuk menemukan formula paling aman dalam pembuatan sistem algoritma kriptografi, juga sekaligus mencari kelemahan-kelemahan pada sistem kriptografi algoritma yang sudah ada. Inilah yang dalam praktiknya dipergunakan sebagai salah satu komponen dasar dalam Electronics and Information Warfare.

Lalu bagaimana dengan dunia cryptography di Indonesia? Meskipun ketinggalan dalam banyak hal di bidang peralatan, sarana, maupun prasarana dengan negara lain, sebenarnya kita bisa dengan cepat mengejar dengan memfokuskan pada pendidikan teknologi informasi (TI). Perkembangan pesat teknologi informasi saat ini menyebabkan dengan biaya yang relatif murah, waktu relatif singkat dan metode yang tepat, kita bisa bersaing dengan negara lain dalam mencetak sumber daya manusia berkualitas di bidang ini.

Bentuk kerja sama pengembangan sistem komunikasi berbasis TI antara institusi pemerintahan dan militer dengan perguruan tinggi akan memacu perkembangan ini. Banyak keuntungan dan penghematan anggaran negara bila kita memiliki banyak pakar dan pekerja ahli TI dan memanfaatkan mereka dengan tepat guna.

Tidak percaya kita mampu? Lihat orang-orang Indonesia yang merajai Olimpiade Fisika Asia baru-baru ini. Beri mereka dan teman-temannya pendidikan dan pelatihan yang tepat serta pembinaan yang baik, dijamin dalam 5-10 tahun mendatang akan muncul para ahli informatika muda, termasuk pakar kriptografi Indonesia. Siapa bilang kita tidak mampu.

Kapten (Sus) Ir. Rudy AG Gultom, MSc, Kepala Infolahta, Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas)


Search :












Berita Lainnya :

·
Pentium 4/3,2 GHz Maksimalkan yang Ada Menuju Teknologi Baru

·
Proyektor Digital Dari Kedalaman Warna sampai Resolusi Tajam

·
Koneksi Jaringan Mengatur Lalu Lintas Data Berkecepatan Tinggi

·
Tantangan Teknologi Informasi Dalam Perang Modern

·
"Drought Management" untuk Minimalisasi Risiko Kekeringan

Manajemen Sistem Berbasis Komputer dalam Organisasi Publik

Saturday, December 15th, 2007

Organisasi publik di Indonesia kebanyakan masih ketinggalan dalam pengembangan sistem yang berbasis komputer. Ini terutama sangat terasa di tingkat daerah. Karena itu, para kader organisasi publik di daerah hendaknya memahami lebih baik manajemen sistem berbasis komputer yang semakin kompleks dan memerlukan spesialisasi pekerjaan yang rumit. Kuliah ini memberikan beberapa persoalan teknis yang dihadapi ketika manajer […]

inGRID, Komputasi Modern Bagi Jaringan Perguruan Tinggi Indonesia erasi Flashdisk dengan Portabel Apps

Print E-mail
Friday, 24 August 2007
Jakarta -- Melengkapi proyek-proyek terdahulunya dalam bidang pendidikan di Indonésia, PT Sun Microsystems Indonesia (SMI), penyedia solusi teknologi komputasi jaringan dan pelopor pengembangan teknologi open source, bersama dengan Universitas Indonesia (UI) 22 Agustus 2007 lalu meluncurkan inGRID (INHERENT GRID), yang merupakan suatu infrastruktur komputasi berkinerja tinggi bagi para peneliti yang terhubung ke jaringan INHERENT (Indonesia Higher Education Network atau Jaringan Perguruan Tinggi Indonesia).

Image

Harry Kaligis, Business Development & Marketing General
Manager, PT Sun Microsystems Indonesia, Bobby A. A. Nazief, Ph.D, Kepala
Grid Computing Research Group, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Indonesia
dan T. Basaruddin, Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Komputer, Universitas
Indonesia.



INHERENT merupakan suatu jaringan backbone teknologi informasi dan komunikasi yang menghubungkan setiap perguruan tinggi di Indonesia, yang dibangun oleh Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (DIKTI).

inGRID yang dikembangkan di Universitas Indonesia, tepatnya di Fakultas Ilmu Komputer (Fasilkom), didukung oleh sumber daya komputasi dengan kapasitas setara dengan 16 komputer berprosesor Opteron, dual-core, memori sebesar 16 GB, dan tempat penyimpanan data sebesar 1 TB.

Menurut Wibisono Gumulya, Presiden Direktur, PT Sun Microsystems Indonesia, “Kehadiran dari infrastruktur ini dapat memenuhi kebutuhan para peneliti akan sumber daya komputasi yang pada gilirannya dapat meningkatkan tingkat kompetitif bangsa ini.”

Dengan infrastruktur komputasi grid di tingkat nasional akan dapat menekan biaya investasi dibandingkan bila masing-masing institusi penelitian di negara ini harus mengadakan perangkat komputasinya masing-masing. Selain itu, infrastruktur tersebut dapat digunakan oleh para peneliti untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

"inGRID diharapkan dapat berguna sebagai titik awal bagi terciptanya fasilitas komputasi grid berskala nasional.” ujar Bobby A. A. Nazief, Ph.D, Kepala Grid Computing Research Group, FASILKOM, Universitas Indonesia, yang mengemban tugas sebagai penanggung jawab inGRID.

Selain berguna bagi pendidikan, inGRID diharapkan juga dapat memfasilitasi kegiatan penelitian bagi berbagai industri yang membutuhkan pengolahan data yang kompleks seperti industri Oil & Gas dan film Animasi serta institusi-institusi pemerintahan. inGRID dapat diakses melalui portal web http://grid.ui.ac.id/portal.